Selasa, 01 Oktober 2013

Bibit Jamur

Flammulina veltipes (Enokitake), Grifola frondosa (Maitake), Pleurotus eryngii (king oyster), Hypsizigus marmoreus (bunashimeji), Auricularia auricula-judae (jamur kuping).
Apabila ada yang ingin memesan, hubungi saya di no HP 081388632022 dan Email: afrida.sitompul0214@gmail.com

Afrida, PhD
 

Jumat, 20 September 2013

Produksi Jamur Shitake pada Media Log

Kegiatan inokulasi jamur shitake pada media log ini biasa dilakukan oleh grup laboratorium saya menjelang musim panas. Photo-photo ini saya ambil ketika saya masih sekolah di Jepang. Kegiatan ini seperti kegiatan rutin untuk anak-anak anggota baru pada lab saya. Setiap tahunnya pasti ada mahasiswa baru, sehingga agar mereka memiliki kecintaan pada bidang yang mereka tekuni yaitu di Lab Forest Biology Resource maka kegiatan tahunan ini dilakukan. Bisa dilihat di photo masih ada sisa-sisa salju.

Ada dua jenis bibit yang biasa digunakan yaitu bibit dalam bentuk kayu kapsul (botol atas) dan bibit serbuk kayu (botol bagian bawah). Bibit ini dibeli pada perusahaan khusus yang memproduksi bibit. Perusahaan ini memiliki lisense dalam produksi bibit. Bibit yang dijual adalah bibit yang sudah teruji dan memiliki kualitas yang baik. Pada setiap botol tertulis kode jamur, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa.

Contoh bibit jamur pada kayu yang telah dibentuk meirip kapsul. Panjangnya kira-kira 2 cm dan lebarnya antara 0,1-0,3cm.

Pertama-tama log dibor dengan ukuran tidak jauh berbeda ukurannya dari bibit yang digunakan. Setiap log di bor pada 3 sisi log. Dari satu lubang bor ke lubang berikutnya berjarak 10-15 cm.

Untuk bibit yang berbetuk kapsul, diambil satu per satu dengan tangan (tidak steril) dan di palu ke dalam lubang yang telah di bor sebelumnya. Semua lubang terinokulasi bibit.

Untuk bibit berbentuk serbuk kayu, dipakai alat seperti pada photo. Alat ini terbuat dari tembaga yang ujung atasnya bisa ditekan dengan fleksibel agar bibit serbuk kayu yang ditancapkan ke dalam botol bisa keluar ketika bibit diinokulasi pada lubang log.

Pertama-tama alat yang terbuat dari tembaga ditancapkan ke dalam botol yang berisi bibit serbuk kayu. Bibit serbuk kayu akan tertahan di dalam lubang tembaga. Pengambilan bibit ini secara non-aseptis (tidak steril)

Alat tembaga yang telah berisi bibit serbuk kayu ditancapkan ke dalam log sambil menekan ujung atas tembaga, agar semua bibit serbuk kayu pindah ke dalam lubang log.

Tahap selanjutnya adalah mencairkan lilin. Ini berfungsi untuk menutupi lubang-lubang kayu yang telah diinokulasi bibit jamur agar tidak terkontaminasi ataupun di ganggu serangga.

Log yang telah diinokulasikan bibit jamur, permukaan lubang tersebut diolesi dengan lilin cair dengan cara memakai kuas. Lilin ini akan menutupi lubang-lubang tersebut dengan baik.

Beberapa bulan kemudian, bibit jamur yang diinokulasikan ke media log akan berubah menjadi jamur shitake.

Kegiatan ini cukup menyenangkan bagi mahasiswa terutama setelah melihat hasil jamur yang tumbuh pada log. Biasanya setelah jamur dipanen, kita akan masak bersama-sama di lab menikmati hasil panen yang ada.

In memory, Sapporo, Japan.

Afrida Sitmpul, PhD.










Rabu, 03 Juli 2013

Pembuatan media F1 dan F2 dari jagung

Bismillahirrohmanirrohim

Setelah saya menuliskan bagaimana cara membuat PDA (potato dextrose agar) dan cara mengisolasi jamur dari jaringan tubuh buah, sekarang saya akan melanjutkan cara pembuatan media bibit turunan yang biasa disebut F1 dan F2. Media untuk ini biasanya dipilih di media biji-bijian karena kandungan proteinnya yang tinggi sehingga memudahkan miselia jamur untuk tumbuh. Banyak sekali jenis biji-bijian yang bisa digunakan mulai dari padi, jagung, kacang hijau, jawawut, gandum, dsb. Kali ini saya akan memaparkan bagaimana cara pembuatan media F1 dan F2 dari jagung. Cara sbb;

1. Kualitas jagung akan menentukan hasil bibit yang baik. Jangan pilih jagung yang busuk, kering, dan sudah menyusut.
2. Rendam jagung semalam (baiknnya dengan air mendidih), ini berfungsi untuk mengangkat kotoran yang ada di jagung termasuk mengangkat spora-spora jamur yang menempel pada jagung. Kemudian, dengan merendam jagung akan mempermudah dalam pemasakan.
3. Cuci bersih jagung sampai semua kotoran terangkat dan warna cucian menjadi bening.
4. Rebus jagung sampai setengah matang. Hindari jagung matang atau pecah karena dengan pecahnya jagung akan mempermudah akses makanan untuk jamur dan bakteri pengkontaminasi. Untuk mengetahui jagung yang diinginkan, tekan jagung dengan menggunakan jari jempol dan telunjuk, apabila jagung bagian luar agak lunak semantara bagian dalam agak keras, itu kondisi jagung yang baik untuk media bibit.
5. Tiriskan jagung sampai tidak ada lagi air yang menetes.
6. Untuk mengurangi kelebihan air pada jagung, jemurlah jagung di bawah sinar matahari kira-kira 1 jam apabila matahari terik. Kadar air yang diinginkan dari jagung adalah 50-60%.
7. Setelah kadar air tercapai, campurkan  jagung dengan 1% gipsum. Fungsi dari gipsum adalah untuk memberikan mineral yang dibutuhkan selama pertumbuhan jamur, mengatur pH, dan juga untuk membuat bibit lebih mudah dipisahkan biji per biji sewaktu pembibitan.
8. Media bibit F1 dan F2 siap untuk dimasukkan ke dalam botol  atau plastik.

Catatan: Biasanya saya menambahkan serbuk kayu ke media jagung dengan perbandingan 1:10 (kayu:jagung). Ini berfungsi untuk tetap menstimulasi metabolisme sekunder jamur agar tetap aktif, termasuk didalamnya mengaktifkan enzim pendegradasi lignin. Disamping itu, penambahan serbuk kayu ini akan mempermudah jamur beradaptasi ketika dipindahkan ke baglog.

Saya sangat senang apabila ada yang ingin berdiskusi mengenai jamur dan budidayanya. Silahkan kirim Email dengan bahasa indonesia yang baik dan sopan ke afrida.sitompul0214@gmail.com

Afrida


Informasi

Karena adanya gangguan dengan alamat Email saya sebelumnya, sehingga saya membuat harus membuat alamat baru. Silahkan mengirimkan pertanyaan atau ingin diskusi mengenai jamur ke afrida.sitompul0214@gmail.com atau bisa telepon dan sms saya ke 081388632022. Mohon kiranya mengirim pesan dengan bahasa Indonesia yang baik dan dapat dimengerti serta santun.

Terima kasih

Afrida

Minggu, 03 Februari 2013

Training untuk pembuatan bibit jamur (F0, F1, F2) dan baglog (media tumbuh jamur)

Apabila anda ingin melakukan sesuatu tentunya sebaiknya anda memiliki ilmu yang cukup. Begitu juga bagi anda yang ingin melakukan budidaya jamur, sebaiknya anda harus tahu ilmu dasar, teori, dan prakteknya. Apabila anda tertarik ingin menambah wawasan anda dibidang budidaya jamur, saya menawarkan training tentang pembuatan bibit jamur dan juga pembuatan baglog. Disamping training, saya juga menawarkan menjadi konsultan untuk pertanian jamur anda. Memberikan nasehat dan saran untuk anda yang ingin memiliki pertanian jamur sendiri. Hubungi di 081388632022 dan Email: afrida_sitompul@yahoo.com

Jual baglog terutama untuk wilayah Kalimantan

Saya bekerjasama dengan salah satu petani jamur di Balikpapan, menawarkan penjualan baglog untuk wilayah Kalimantan terutama Kalimantan Timur. Harga untuk 1 baglog adalah Rp 5000. Tetapi apabila pemesanan dalam partai besar, akan diberikan potongan harga. Harga diatas belum termasuk ongkos kirim. Segera hubungi saya di 081388632022 atau Email: afrida_sitompul@yahoo.com

Tips bagi anda pemula dalam budidaya jamur: Sebaiknya anda membeli baglog dari petani jamur yang sudah berpengalaman disekitar anda. Dan belilah baglog yang telah ditumbuhi miselia 80-100%. Karena ini akan lebih menjamin baglog tidak terkontaminasi.

Kamis, 24 Januari 2013

Jamur kayu, proses degradasi, dan pertumbuhannya


Apa sih jamur kayu itu? Petani atau yang ingin bertani jamur sebaiknya harus tahu apa jamur kayu itu. Karena sebagian besar jamur yang dibudidayakan adalah jamur kayu, walaupun sebagian yg dibudayakan berasal dari kelompok mikoriza (jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman).
Jamur bersama bakteri adalah mikroorganisme yang memiliki peran penting dalam siklus karbon, nitrogen, dan oksigen di muka bumi ini. Mereka adalah penghancur utama (decomposer) bahan-bahan organik di alam. Seperti yang dilaporkan oleh Chang dan Miles, 2004 dalam bukunya MUSHROOMS; cultivation, nutritional value, medicinal effect, and environmental impact bahwa jamur adalah organimisme yang tidak memiliki klorofil sebagaimana halnya tumbuhan. Jamur tidak dapat menghasilkan makanan dari anorganik sederhana seperti air, karbon dioksida, dan nitrat. Jamur menghasilkan makanannya dari bahan organik kompleks, hidup maupun mati yang berasal dari tanaman maupun hewan. Jamur yang memperoleh nutrisi dari bahan organik mati seperti dari sisa-sisa hasil pertanian, kayu mati, ataupun dari kotoran hewan disebut jamur saprofitik. Sedangkan jamur yang memperoleh nutrisi dari tanaman atau hewan yang masih hidup disebut jamur parasitik. Jamur yang memperoleh nutrisi dengan cara melakukan kerjasama yang saling menguntungkan dengan tanaman maupun hewan disebut jamur simbiosis mutualisme.
Jamur-jamur kayu adalah termasuk jamur kayu saprofit walaupun beberapa spesies memiliki peran ganda sebagai saprofit dan parasit contohnya Ganoderma spp. Beberapa ahli jamur mengelompokkan jamur kayu menjadi 2 bagian yaitu jamur pelapuk putih (white-rot fungi) adalah jamur yang dapat menggunakan selulosa, hemiselulosa, dan lignin dengan bantuan enzim selulase dan enzim ligninolitik sebagai sumber nutrisinya. Sedangkan kelompok yang kedua adalah jamur pembusuk coklat (brown-rot fungi) yang hanya dapat menggunakan selulosa dan hemiselulosa sebagai sumber nutrisinya dan meninggalkan lignin sebagai jaringan yang berwarna coklat. Dan kebanyakan jamur yang dibudidayakan petani adalah berasal dari kelompok jamur pelapuk putih.
Untuk memperoleh nutrisi, jamur terlebih dahulu mendegradasi komponen-komponen yang yang ada pada kayu. Salah satu tulisan yang menurut saya bagus untuk dibaca mengenai proses degradasi komponen  kayu oleh jamur pelapuk putih adalah REVIEW; Biodegradation of Lignin by White Rot Fungi yang ditulis oleh Leonowicz dan kawan-kawan, 1999. Dalam tulisan ini dirangkum bagaimana jamur kayu menghancurkan bahan-bahan organik kayu dengan menggunakan sistem multienzim yang sangat kompleks. Walaupun belum 100% diketahui bagaimana sebenarnya jamur kayu menghancurkan kayu dan memanfaatkan komponennya sebagai nutrisi, tetapi berbagai penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan bagaimana mekanisme yang mendekati proses tersebut. Berikut adalah enzim-enzim utama yang terlibat dalam proses degradasi kompenen kayu.
1.       Kelompok enzim selulosa: endo-1,4-b-glucanases (EDG; EC 3.2.1.4), exo-1,4-b-glucanases EXG cellobiohydrolases (CBH, EC 3.2.1.91; glucohydrolases GCH, EC3.2.1.?), dan b-glucosidases (BGS; EC 3.2.1.21)
2.      Kelompok enzim hemiselulosa: Xylan; endo-1,4-bxylanase(EDX; EC 3.2.1.8), b-xylosidase (BXS; EC3.2.1.37), a-glucuronidase (AGU; EC 3.2.1.?), a-Larabinofuranosidase(AAF; EC3.2.1.55), dan acetylesterase(AEE; EC 3.1.1.6). Galaktoglukomanan; endo-1,4-b-mannanase (EDM; EC3.2.1.78), b-mannosidase (BMS; EC 3.2.1.25), b-glucosidase(BGS; EC 3.2.1.21), dan a-galactosidase (AGaS; EC3.2.1.22)
3.      Kelompok enzim ligninolitik: lignin peroxidase (LiP; EC 1.11.1.14), manganese–dependent peroxidase (MnP; EC 1.11.1.13),laccase (LAC; EC 1.10.3.2), horseradish peroxidase (HLP;EC 1.11.1.7), and dioxygenases such as protocatechuate3,4-dioxygenase (P34D; EC 1.13.11.3), 1,2,4-trihydroxybenzene1,2-dioxygenase (TBH12D), and catechol 1,2-dioxygenese (C12D; EC 1.13.11.1).

Enzim adalah motor bagi jamur. Dengan enzim ini, jamur dapat memperoleh makanan dari lingkungannya. Jamur memproduksi enzim secara ekstraselular dari proses metabolisme sekunder. Pori kayu sangat kecil untuk dimasuki oleh miselia jamur (ukurannya dalam mikrometer). Sehingga untuk itu jamur melepaskan enzim-enzim ke lingkungan sekitarnya untuk proses degradasi. Disamping enzim, jamur juga melibatkan beberapa mediator melekul rendah (low-molecular mediators). Pelepasan enzim dan molekul ini tentu dipengaruhi beberapa faktor termasuk ketersedian nutrisi, pH lingkungan, suhu, dan juga ketersedian oksigen.  

Bersambung…..

Alat dan bahan untuk memproduksi bibit jamur

Ini adalah lab kecil saya di rumah. Tidak mewah tetapi saya selalu berusaha untuk menjaga kebersihannya. Beberapa hari sekali lantai lab di bersihkan dengan disinfektan. Semakin banyak saya bekerja di lab ini, maka semakin sering pula dibersihkan. Di lab ini saya bekerja untuk mengisolasi jamur, menanam jamur ke media, dan juga untuk tempat menginkubasi bibit jamur. Lab ini masih jauh dari lab yang sempurna, tetapi sudah mencukupi untuk bekerja dalam skala kecil. Tetapi sebaiknya anda tidak menggunakan meja kayu seperti yang saya gunakan saat ini. Ternyata sangat rentan akan kontaminasi. Lebih baik menggunakan meja dari semen atau keramik.

Ini adalah contoh alat-alat di lab yang biasa saya gunakan ketika bekerja dengan jamur. Paling belakang adalah sealer, sementara dari kanan ke kiri adalah alkohol 70%, spritus, semprotan alkohol, scalpel, ose (steak holder), dan pengukur suhu dan kelembaban.

Dari sebelah kanan ke kiri adalah labu Erlenmeyer, cawan petri steril plastik yang berisi 20 buah/bungkus, PDA instant, paling depan sebelah kanan adalah timbangan digital, depan kiri adalah contoh dari PDA instant. Ada juga cawan petri yang terbaik dari kaca, tetapi tidak saya perlihatkan dalam photo ini karena saya tidak menggunakannya lagi. Penggunaan cawan petri kaca baik digunakan apabila kita memiliki oven sebagai alat pensterilisasi. Sebagai catatan, jenis sterilisasi itu ada 3 jenis yaitu sterilisasi basah dengan menggunakan autoclave/presto, sterilisasi kering dengan menggunakan oven, dan kombinasi antara keduanya basah dan kering.

Contoh tumpukan miselia jamur yang saya sub-kulturkan (turunkan) pada cawan petri plastik dengan menggunakan media PDA instant.

Apabila anda membutuhkan alat-alat lab untuk menumbuhkan jamur, anda bisa berkonsultasi dengan saya. Disamping itu, saya terbuka untuk konsultasi masalah jamur terutama jamur-jamur kayu (Basidiomycetes) dan juga dengan senang hati memberikan edukasi/kuliah mengenai jamur kepada siapa saja yang menginginkannya. Beberapa jenis jamur yang pernah saya kembangkan adalah: Beauveria sp, Metarhizium sp, Free living Trichoderma, Endophytic Trichoderma, dan Basidimycetes.

Email: afrida_sitompul@yahoo.com
Telepon: 081388632022