Jumat, 15 Juni 2012

Budidaya Jamur Tiram

Masyarakat Indonesia sedang giat-giatnya mengembangkan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Sebenarnya ada beberapa keluarga jamur tiram seperti jamur tiram merah muda (Pleurotus djamor), jamur tiram abu-abu (Pleurotus cystidius), jamur tiram kuning (Pleurotus citrinipileatus).

Pada umumnya cara membudidayakan jamur apa saja, hampir sama satu sama lain. Apalagi kalau bibit induknya berasal dari daerah yang sama. Tetapi kadang setiap jamur punya kebutuhan temperatur, cahaya, oksigen, CO2, dan komposisi nutrisi yang berbeda-beda.

1. Substrat
Jamur tiram adalah jamur yang paling besar untuk jangkauan substratnya. Hampir semua jenis kayu keras (hardwood) ditumbuhi jamur tiram. Mereka juga bisa ditanam pada substrat jerami, cocopeat (sabuk kelapa), rumput-rumputan, ampas tebu, kulit kacang tanah, dan juga kulit kopi.

2. Nutrisi
 Jamur tiram memerlukan Karbon sebagai nutrisi utama dan nitrogen untuk pembentukan protein. Disamping itu, jamur tiram memerlukan nutrisi pendukung seperti K, P, Si, Fe, Mg. Biasanya nutrisi pendukung ini tersedia dalam jumlah kecil pada kayu ataupun dedak, kapur, atau gypsum yang ditambahkan. 

3. Lingkungan
Miselia jamur tiram tumbuh pada  kisaran 20-30 derajat celcius. Pins head (primordia) terbentuk pada kisaran 10-20 derajat celcius. Kadar air substrat 60-75%. Selama pembentukan tubuh buah memerlukan kelembapan udara sekitar 80-90%. Pada saat pertumbuhan miselia, cahaya tidak begitu banyak dibutuhkan tetapi pada tahap produksi tubuh buah diperlukan sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik. Bagaimana baiknya pun nutrisi yang ada pada media, tetapi apabila kondisi yang diberikan selama inkubasi dan pembentukan tubuh buah, semuanya bisa gagal untuk mendapatkan hasil yang baik.

Para petani sebaiknya mengerti kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan jamur selama pemeliharaan. Jamur tiram putih juga memiliki beberapa 'strain'. Bisa jadi sama-sama jamur tiram putih tetapi karakternya berbeda. Bibit F0 yang paling baik adalah diperoleh dari alam (hutan) yang kemudian dikulturkan di laboratorium dan dikembangbiakkan untuk digunakan sebagai bibit turunan berikutnya. Tetapi apabila tidak diperoleh tubuh buah dari alam, bisa diisolasi jamur tiram dari tubuh buah yang sehat. Pengisolasian ini membutuhkan teknik tertentu dan juga keterampilan. Ini juga didukung oleh pengalaman. Karena sering kali dalam pengisolasian ini terjadi kontaminasi, baik oleh jamur ataupun bakteri yang tidak diinginkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar